Powered by Blogger.
Asal Kunjungan
Thursday, 28 February 2013
Sajian makanan ini disebut sipanganon namarsituhun. Kelapa muda dalam bahasa Batak Toba disebut kelapa mumbang. Untuk kepentingan acara sipanganon namarsintuhun, kelapa muda disebut juga “na marhua so” (namarhua atau yang berkuah, yang berair; so atau berhenti).
Air kelapa muda secara umum dikenal sebagai air yang paling mampu untuk melepas dahaga. Dalam budaya Batak ternyata air kelapa muda memiliki arti penting dalam sebuah acara makan yang memiliki nilai ritual.
Maka air kelapa muda disebut “aek sian na marhua so”. Sebutan lain untuk air kelapa muda adalah “aek na so hea mida mataniari” (air yang tidak pernah melihat matahari).
Air kelapa muda dicampur dengan anggir (jeruk purut). Tapi namanya tetap minum anggir, bukan minum kelapa muda.
Menurut L. Sidabutar, pengusaha rumah makan Ugari di Tuktuk Siadong, Kabupaten Samosir, yang menyajikan menu sipanganon namarsituhun (napinadar secara lengkap), sajian makanan ini disebut juga sipanganon “ulian ni partondion”.
Ia menjelaskan suatu ketika kepada Koran Tapanuli bahwa maksud hidangan kuliner khas tersebut adalah untuk menyelaraskan jasmani dan rohani. Sipanganon namarsituhun atau sipanganon ulian ni partondion adalah sajian makanan yang diberikan secara khusus untuk seseorang atau satu keluarga. Tujuannya agar tercapai apa yang diinginkan atau diharapkan atau sukses dalam pekerjaan.
Misalnya orang tua memberikan kepada anaknya saat akan menempuh ujian, memulai usaha, mencari pekerjaan juga supaya mendapat jodoh. Agar sang suami langgeng dalam karir atau pekerjaan, biasanya isteri menyajikan ulian ni partondiaon untuk suaminya dalam waktu-waktu tertentu.
Dalam sajian “sipanganon namarsituhun” ada dua menu utama yaitu “manuk napinadar” (ayam padar) dan “ihan” (ikan batak).
Ronny Sofia Manurung, istri L. Sidabutar, yang turun-temurun mengenal sipanganon namarsituhun menjelaskan, “Menurut pengalaman saya sejak dari ompung dan yang biasa saya lakukan, manuk napinadar dapat disajikan tanpa diharus disertai dengan ihan, atau sebaliknya. Namun ada juga yang harus disajikan secara bersamaan. Misalnya bila sajian ditujukan kepada laki-laki, maka ayam napinar tidak harus disertai degan ihan. Jika untuk perempuan, maka Ihan Bataklah yang harus disajikan tanpa harus disertai ayam napinadar. Tapi jika kedua-duanya, misalnya suami-isteri yang akan diberikan sajian, maka ayam napinadar dan Ihan Batak harus disajikan bersama.”
Kedua jenis menu ini dilengkapi dengan berbagai jenis makanan lainnya seperti anggir dengan air kelapa muda, itak nahinopingan, itak gurgur, bunga raya, assimun dohot gundur (timun/semangka), tanduk ni bungan paung (pisang), sagu-sagu, nasi kuning, rondang ni eme atau rip-rip (sejenis popcorn terbuat dari padi), mange-mange ni pining (bunga pinang) dan telur ayam kampung.
Rasa dari sajian tergantung pada masakan ayam napindar, sementara yang lainnya lebih mengacu pada makna dari sajian. Pada dasarnya membuat ayam napinadar tidak terlalu sulit, bahkan sangat sederhana. Ayam dipanggang hingga matang. Bumbu digiling atau diulek halus. Sebelumnya bumbu sudah dibakar kecuali cabai dan andaliman. Kemudian diberi atau dilumeri dengan darah ayam yang sudah dimasak dengan asam. Darah ayam boleh juga dimatangkan dengan api. Inilah yang selanjutnya ditaburkan pada daging ayam yang sudah dibakar/dipanggang dan langsung siap saji. Bumbu yang dibutuhkan antara lain bawang merah, bawang putih, cabe rawit, jahe, ketumbar, andaliman, kemiri gongseng, asam, dan sedikit jintan.
Menurut L. Sidabutar, saat memberikan sipanganon kepada yang menerima, satu per satu jenis makanan tersebut harus disebutkan maksud dan tujuannya. Misalnya saat memberikan itak gurgur, yang memberikan mengutarakan kata-kata “sai gurgur ma panggabean parhorasan di hamu” (misalkan saat orang tua memberikannya kepada menantu dan putrinya supaya berketurunan dan mendapat rejeki).
Saat memberi minum anggir dikatakan “on ma manguras angka nahumurang di bagasan partondion dohot pardingon muna.”
Mange-mange (bunga pinang) yang digunakan untuk menutupi ikan (dekke) juga memilki makna. Saat akan memberikan dekke, mange-mange diangkat dan si pemberi sajian mengucapkan “asa toropma pinopparmu manarsar songon mange-mange on, asa tong-tong lambok roham.” Demikian seterusnya, makanan disampaikan dengan kata-kata sesuai makna dan tujuannya.
Kuliner khas Batak ayam padar bukan makanan langka dan banyak rumah makan yang sudah menyediakan menu ayam padar. Tetapi untuk sajian lengkap “sipanganon namarsituhun” yaitu ayam padar disertai dengan minuman anggir pakai kelapa muda, itak nahinoping, serta yang lainnya, saat ini sudah mulai jarang disajikan secara lengkap dan bisa dikatakan telah langka di kalangan orang Batak Toba.
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
sedikit koreksi "na marhuaso" = yang berkuasa
ReplyDeletekalau mau bilang tidak berkuah = " na so marhua"